Setelah beberapa saat kita tidak lagi dipusingkan oleh konflik yang terjadi
di Poso dan Aceh kini perhatian kita kembali tertuju pada pertikaian suku di
Papua. Korban jiwa telah berjatuhan akibat konflik berdarah tersebut.
Sepertinya permasalahan konflik tidak pernah habis-habisnya mendera bangsa ini,
sementara solusi yang dicanangkan terkadang tidak memberikan hasil
menggembirakan, dan hanya merupakan penyelesaian temporal karena tidak adanya
tindakan preventif untuk mencegah munculnya pertikaian baru. Konflik adalah
permasalahan serius yang dapat berakibat kehancuran bagi negara ini melalui
disintegrasi bangsa. Untuk itu perlu tindakan intens oleh semua pihak agar
konflik tidak hanya selesai tapi kemungkinan untuk muncul kembali dapat semakin
diminimalkan.
Latar Belakang
Saya pikir pertama kita perlu
untuk menilik sekilas dua latar belakang mendasar beberapa konflik yang pernah
terjadi. Pertama, konflik dirangsang oleh ketidakpuasan terhadap kinerja
pemerintah. Perhatian minim negara terhadap satu daerah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan rakyat dapat memicu aksi sparatisme. Konflik yang
bertolak dari keinginan untuk lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi dan mendirikan
negara sendiri merupakan contohnya. Aksi-aksi sparatis seperti yang terjadi di
Aceh dan Papua adalah saksi kuat tentang hal tersebut.
Kedua, ketegangan antar
kelompok atau golongan juga merupakan penyebab terjadinya pertikaian. Lihatlah
konflik-konflik yang mengusung unsur SARA seperti di Sampit, Ambon, Poso dan
perang suku di Papua. Indonesia merupakan negara plural, dimana
kelompok-kelompok suku, agama, dan ras yang berbeda hidup bertetangga. Dalam
kondisi seperti ini tidak jarang masalah kecil dapat menyulut kemarahan salah
satu kelompok sehingga memicu terjadinya ketegangan.
Menemukan Solusi
Beberapa hal dapat menjadi pemikiran bagi kita dalam
menemukan solusi tepat bagi kasus konflik di negara ini. Konflik selalu diwarnai
dengan kemarahan kolektif akibat melihat tindakan yang dinilai tidak adil
terhadap salah satu atau beberapa anggota kelompok atau kelompok secara
menyeluruh. Akibatnya aksi kekerasan komunal dilancarkan terhadap kelompok atau
institusi yang dianggap sebagai pelaku ketidakadilan. Aksi kekerasan komunal
tersebut adalah solidaritas negatif. Untuk mengubahnya perlu dibangun gagasan
positif tentang solidaritas dan kebersamaan dalam konteks negara berpancasila.
Sebagai landasan dan falsafah hidup bermasyarakat, Pancasila menonjolkan sebuah
anggapan positif mengenai manusia. Warga negara dipandang sebagai makhluk
bermartabat dan menyandang hak untuk menikmati kedamaian dan ketenangan hidup.
Nilai positif ini seharusnya menjadi cara pandang dalam melihat sesama kita
yang berasal dari kelompok lain. Negara juga harus bisa memperlakukan semua
warga sebagai pribadi-pribadi yang layak untuk disejahterakan tanpa melihat
latar belakang identitas kelompok yang disandang oleh anggota masyarakat
tertentu. Semua kebijakan pemerintahan harus dapat memfasilitasi dan
mengakomodir semua elemen bangsa. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila
terimplementasi dalam gerak dinamika bangsa kita guna menciptakan masyarakat
adil dan makmur.
Seyogyanya dialog antar kelompok dapat menjadi agenda
reguler dalam hidup bermasyarakat dan implementasinya tidak hanya pada jajaran
atas saja, tapi harus menyentuh sampai masyarakat lapisan bawah. Dan mengusung
agenda-agenda dalam konteks perwujudan masyarakat yang damai, adil, dan makmur.
Sekiranya masing-masing kelompok dapat menemukan perannya masing-masing melalui
dialog tersebut. Kemudian merumuskan bentuk kerja sama yang efektif antar
kelompok.
Jangan sampai muncul pandangan bahwa semua konflik menjadi prevalent thing karena terlalu akrabnya lingkungan kita dengan banyak pertikaian antar kelompok yang tidak pernah hilang dari tanah air tercinta ini. Sehingga Keseriusan dan upaya keras dalam berpartisipasi menemukan solusi bagi ketegangan-ketegangan menjadi karam. Menciptakan kedamaian dalam bermasyarakat sehingga terbentuknya suasana kondusif bagi proses negara ini melangkah untuk menjadi negara maju dan sejajar dengan negara-negara yang lainnya adalah tanggung jawab seluruh warga negara. Kemajuan bangsa ini tergantung pada kapasitas sinergi semua komponen bangsa untuk mewujudkan kedamaian.
Jangan sampai muncul pandangan bahwa semua konflik menjadi prevalent thing karena terlalu akrabnya lingkungan kita dengan banyak pertikaian antar kelompok yang tidak pernah hilang dari tanah air tercinta ini. Sehingga Keseriusan dan upaya keras dalam berpartisipasi menemukan solusi bagi ketegangan-ketegangan menjadi karam. Menciptakan kedamaian dalam bermasyarakat sehingga terbentuknya suasana kondusif bagi proses negara ini melangkah untuk menjadi negara maju dan sejajar dengan negara-negara yang lainnya adalah tanggung jawab seluruh warga negara. Kemajuan bangsa ini tergantung pada kapasitas sinergi semua komponen bangsa untuk mewujudkan kedamaian.
TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA
Nilai-nilai luhur pancasila tersebut sesuai dengan sila
yang tercantum dalam Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. UUD 1945 pasal 29 ayat
2, menguatkan tentang perlunya toleransi beragama yang harus dilaksanakan di
Indonesia “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu”. Tidak mudah menjalankan toleransi dalam beragama di Indonesia yang
bercampur dengan perbedaan suku, dan perbedaan-perbedaan lain yang
menjadikannya semakin beragam. Beberapa kali terdengar pergesekan antar umat
beragama di Indonesia. Yang dengan semangat persatuan dan kesatuan
masih bisa diatasi. Beberapa penyebab munculnya pergesekan dan ketegangan
antar umat beragama antara lain, sebagai berikut:
- Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pemeluk agama tentang agamanya sendiri dan agama orang lain, sehingga yang sering adalah salah mengambil sikap.
- Tidak adanya pemahaman yang jelas tentang memegang teguh keyakinan beragama dan toleransi. Misalnya, pemahaman toleransi dalam beribadah adalah membiarkan orang ayng beragama berbeda menjalankan ibdahnya, tidak termasuk ikut serta dalam ibadah satu perayaan agama orang lain.
- Sifat dari setiap agama yang mengandung misi dakwah dan tugas dakwah, berarti dapat mengajak orang lain atau menasehatinya untuk memeluk agama yang dianutnya. Selama hal tersebut tidak dilakukan dengan memaksa dan tidak dengan menghina agama lain dan penjelasan yang sesuai logika, maka tidak akan menimbulkan ketegangan.
- Kurangnya saling menghargai dalam perbedaan pendapat, sehingga terkadang emosi ikut terbawa dalam perdebatan yang tidak sehat. Saling mencurigai antar contoh sikap toleransi antar umat beragama yang berlebihan.
- Para pemeluk agama yang tidak dapat mengontrol diri sehingga dapat memandang rendah agama orang lain. Misalnya, ketidaksetujuan atas ajaran agama orang lain yang dilakukan dengan cara mencaci maki.
Untuk menghindari hal-hal di atas maka wujud toleransi
harus lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Setiap umat
beragama hendaknya dapat memahami agamanya lebih baik, sehingga akan lebih baik
pula bersikap terhadap orang yang berbeda agama. Persatuan di atas
perbedaaan atau pluralitas hanya dapat tercapai jika masing- masing kelompok
yang berbeda dapat saling berlapang dada. Manfaatnya pun untuk kehidupan
diri kita sendiri. Manfaat tersebut antara lain:
Setelah secara rinci kita memahami makna toleransi,
sebab-sebab terjadinya pergesekan antar contoh sikap toleransi antar umat
beragama di Indonesia, dan manfaat toleransi beragama secara umum, sebaiknya
kita mengetahui wujud nyata toleransi dalam beragama. Hal ini diperlukan, agar
kita lebih mengetahui dan dapat melaksanakan toleransi beragama dengan lebih
mudah. Wujud nyata tersebut tercermin dalam contoh sikap toleransi dalam
beragama di masyarakat. Contoh-contohnya, sebagai berikut:
- Menghormati Hak dan Kewajiban Antar Umat Beragama
- Membangun dan Memperbaiki Sarana Umum
Membangun jembatan di suatu desa, memperbaiki jalan
kampung bersama-sama dapat dilakukan bersama-sama tanpa membedakan perbedaan
agama yang dianut.
- Membantu Korban Kecelakaan dan Bencana Alam
Membantu korban bencana alam dan korban kecelakaan
juga merupakan bentuk toleransi dalam beragama. Ketika membantu dan
menolong sesama, seseorang tidak ditanyakan apa agamanya terlebih dahulu baru
dibantu. Atau sebaliknya, orang yang mau membantu tidak akan ditanyakan apa
agama yang dianutnya.
- Gotong Royong Membersihkan Kampung
Secara bersama-sama masyarakat dapat membersihkan
kampung atau desanya. Kampung adalah milik bersama yang harus dipelihara
kebersihannya tanpa membedakan agama dan kepercayaan yang diyakini seseorang.
- Menghormati Ibadah Orang Lain
Saling menghormati orang yang sedang melakukan ibadah
menjadi faktor yang penting toleransi beragama. Contohnya, jika hari raya Nyepi
di Bali, maka seluruh masyarakatnya ikut menghormati dengan berdiam diri di
rumah masing-masing tanpa membedakan agamanya. Begitu pula jika hari Raya Idul
Fitri, ummat Islam tidak diganggu kegiatan ibadah sholat Iednya yang
memang akan lebih ramai dari sholat biasa.
- Tidak Memaksakan Agama Kepada Orang Lain
Meskipun tiap agama pada dasarnya mempunyai misi
dakwah atau mengajak orang lain, tetap perlu disadari misi dakwah tidak
bersifat memaksa. Apalagi orang tersebut sudah memiliki agama yang diyakininya.
- Saling Menyayangi
Meskipun berbeda agama, dengan tetangga atau teman
tetap saling menyayangi. Karena kita sama Bangsa Indonesia. Dengan saling
menyayangi, kita juga dapat memperluas pergaulan dan pengetahuan dengan tidak
terbatas ruang dan waktu. Selama teman tersebut tidak bertentangan dengan
aturan di negara Indonesia.
Kesimpulan
Dengan adanya kesadaran akan pentingnya toleransi
dalam kehidupan beragama, diharapakan akan terjalin hubungan yang harmonis
antar warga Negara yang pada akhirnya akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat
dan percepatan pembangunan bagi negeri ini.